PENGGERAK EMPAT RODA (4WD)
SISTEM PEMINDAH TENAGA
Gambar 1. Four Wheel Drive (4WD)
Perbedaan Four Wheel Drive (4WD) dengan Front Wheel Drive (FWD) dan Rear Wheel Drive (RWD)
mensyaratkan
dapur pacu yang bertenaga. Banyaknya komponen untuk menyalurkan tenaga
mesin ke semua roda membuat tingkat gesekannya menjadi tinggi.
Akibatnya, konsumsi bbm pun menjadi lebih boros. Sayangnya, Four Wheel Drive (4WD)
membuat harga mobil menjadi lebih mahal. Apalagi di Indonesia perbedaan
pajak jenis penggerak ini membuat harganya melambung tinggi.
Tersalurnya tenaga mesin ke keempat roda menghasilkan traksi roda yang
sangat baik. Tak heran bila kemampuan akselerasinya pun menjadi lebih
baik dibanding penggerak dua roda, baik roda depan ataupun belakang.
mampu membuat mesin
bekerja lebih efisien. Hal ini diperoleh berkat minimnya tingkat
gesekan yang terjadi lantaran komponen yang digunakan lebih sedikit.
Konfigurasi ini tak menggunakan as kopel untuk menyalurkan tenaga
seperti pada penggerak belakang.
Kombinasi mesin depan-penggerak depan semakin efisien dengan
peletakan mesin melintang. Karena garis sumbu putaran roda sudah sejajar
dengan garis sumbu putaran mesin. Artinya gigi akhir hanya berfungsi
sebagai gigi reduksi, bukan pengubah arah garis sumbu seperti di
penggerak belakang. Kelemahan konfigurasi ini ada pada kekuatan as
penggerak karena fungsi ganda yang harus ditanggung oleh roda depan.
Yaitu sebagai roda penggerak, sekaligus sebagai kemudi yang
mengendalikan arah kendaraan. Tak heran bila karakter pengendalian mobil
jenis ini pun menjadi berbeda. Gejala understeer atau nyelonong,
menjadi ciri khas mobil berpenggerak depan. Hal itu disebabkan bobot
kendaraan yang cenderung terpusat di depan. Bobot kendaraan yang
tertumpu di roda depan saat pengereman sebelum masuk tikungan membuat
ban harus bekerja keras. Bila beban yang diterima begitu besar, ban
mudah sekali kehilangan cengkeraman dan menyebabkan mobil mengalami
understeer. Kemungkinan ini semakin besar bila pengemudi sering
menginjak dan mengangkat pedal gas dengan kasar. Ban pun mudah
kehilangan traksi akibat efek engine brake atau akselerasi mendadak.
Untuk meminimalkan gejala ini, pengemudi diharamkan untuk memainkan
pedal gas secara agresif saat di tikungan. Dan bila gejala understeer
terjadi, pengemudi dapat mengoreksi arah kendaraan dengan mencoba
meluruskan kemudi agar traksi ban didapat kembali, lalu kembali
mengarahkannya ke sudut tikungan. Pindahkan transmisi ke posisi gigi
lebih rendah untuk mendapatkan torsi mesin, lalu tekan pedal gas dengan
lembut saat kemudi kembali diarahkan ke mulut tikungan.
Kemampuan daya
dorongnya membuat kendaraan niaga mengadopsi pilihan ini. Dan penggerak
belakang pun mampu memberikan traksi baik saat kendaraan dimuati beban
berat. Selain itu posisi mesin di depan diyakini mampu melindungi
pengemudi dan penumpang saat terjadi benturan dari depan. Kelebihan lain
dari konfigurasi ini adalah karakter yang dihasilkan cenderung lebih
halus dibanding penggerak depan. Itu sebabnya pilihan ini masih
digunakan mobil-mobil mewah yang mengutamakan kenyamanan dan kehalusan.
Namun tentu saja model penggerak ini punya kelemahan. “Efisiensi mesin
sulit didapat. Bila tenaga mesin pas-pasan, kerugian gesekan kian
melemahkan performa mobil secara keseluruhan,” terang Teddy Irawan,
Deputy Director Sales & Marketing PT Nissan Motor Indonesia. Mesin
depan-penggerak belakang juga membuat kemudi menjadi lebih ringan dan
tidak seliar penggerak depan. Namun gejala oversteer cukup mudah
terjadi saat menikung. Penurunan kecepatan membuat distribusi bobot
kendaraan akan berpindah ke roda depan. Efeknya, roda belakang sebagai
penggerak akan mudah kehilangan traksi bila pengemudi melakukan engine
brake atau akselerasi. Koreksi atau counter setir pun wajib dilakukan
ketika gejala oversteer terjadi. Selain itu pengaturan injakan pedal
gas dengan ritme yang sesuai diperlukan untuk mengembalikan traksi roda
belakang. Perlu feeling yang baik untuk dapat melakukannya.
Keuntungan dan Kelemahan Four Wheel Drive (4WD)
Selain lebih mahal, lebih rumit, dan bobotnya lebih berat, sistem 4WD
juga terkenal boros bahan bakar. Perlu dipahami juga bahwa sistem
part-time 4WD tak bisa sembarang pakai pada permukaan jalan normal yang
kering (seperti aspal) karena akan merusak sistem drivetrain-nya (dari
transmisi hingga ban) akibat terjadinya “wind-up” (rusaknya gigi-gigi
transmisi dan diferensial/gardan akibat saling beradu-paksa).
Daftar Pustaka
Modul SPT.OTO 321 – 04 tentang “Transfer dan Free Wheel Hub”
Label: Otomotif
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda