Resensi film Alangkah Lucunya Negeri Ini
Diceritakan dalam sebuah film yang
dimulai dengan menggambarkan seorang anak muda yang lulusan Managemen yang
bernama Muluk. Sebagai seorang yang baru saja lulus kuliah, tentu saja berupaya
untuk mencari kerja. Dengan berbekal ijazah managemen yang dimiliki serta surat
kabar yang memuat berbagai lowongan kerja, dia keluar masuk berbagai perusahaan
untuk melamar. Namun, semua lamaran tersebut tidak membuahkan hasil. Malah, di
sebuah perusahaan, pengetahuan manajemen yang dimilikinya dinyatakan tidak
berguna karena pimpinan perusahaan tersebut sudah mencoba segala jenis
manajemen, mulai manajemen Amerika, China, Jepang hingga manajemen Arab namun
tidak berhasil menyelamatkan perusahaannya. Juga pada saat melamar di
perusahaan lain dan ditawarkan untuk menjadi TKI, sebuah bayangan hukum cambuk
TKI di Malaysia segera menghinggapi pikiran Muluk yang langsung menolak dengan
meninggalkan tampat yang didatangi tersebut. Tapi Muluk terus berusaha dan
sampailah di alamat pabrik berikutnya,tapi pabriknya sudah pindah ke Vietnam.
Akhirnya Muluk menemukan buku yang berhubungan dengan ternak cacing dan ingin
mencobanya.
Di sisi lain, ayah Muluk yang
bernama Pak Makbul berdebat serius dengan Haji Sarbini yang merupakan calon
besannya mengenai apakah pendidikan itu penting atau tidak. Keduanya terus saja
berdebat tentang hal tersebut walaupun berusaha dilerai oleh Haji Rahmat,
seorang tetua (kiai) dalam bidang agama Islam di daerah tersebut. Perdebatan
itu selalu mengarah bahwa pendidikan tidak penting karena ada keluarga dan
kenalan Haji Sarbini yang bekerja walaupun tidak mengenyam pendidikan, bahkan
mencontohkan Muluk yang sudah sarjana namun tidak juga bekerja.
Muluk, yang terus berkeliling
mencari kerja akhirnya melihat sekelompok anak yang melakukan aksi copet di
sebuah pasar. Dengan geram Muluk mengikuti dan menangkap anak tersebut dan
mengancam melaporkannya kepada polisi. Sebuah pernyataan keluar dari Muluk saat
itu, yaitu Mengapa mencopet, kalau butuh khan tinggal minta saja, si copet yng
bernama komet pun menjawab bahwa dia itu pencopet, bukan peminta-minta. Jawaban
yang mengagetkan ini menyebabkan Muluk tidak dapat berkata-kata dan pada Muluk
akhirnya melepaskan searang copet yang bernama Komet tadi, dan inilah yang
menjadi awal pertemuan dan perkenalan mereka. Beberapa
waktu kemudian, di sebuah warung, terjadi pertemuan yang tidak disengaja antara
Muluk dan Komet. Komet akhirnya membawa Muluk ke markasnya dan memperkenalkan
dengan Jarot yang menjadi pemimpin para pencopet. Perkenalan Muluk dan Jarot serta
para pencopet menghasilkan kesepakatan bahwa Muluk akan bekerja bersama para
pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu manajemen yang dimiliki dengan
mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari
hasil copet mereka. Meskipun banyak terjadi pertentangan. Tujuan Muluk adalah
agar hasil copet mereka dapat dikelola secara profesional dan akhirnya dapat
dijadikan sebagai modal usaha agar tidak perlu menjadi pencopet lagi.
Hari berikutnya, Jarot sebagai
pimpinan pencopet memperkenalkan Muluk kepada seluruh anggota timnya dan
menjelaskan kelompok dan metode kerja mereka. Secara umum, kelompok pencopet
ini dibagi menjadi 3, yaitu kelompok mall yang terdiri atas pencopet yang berpakaian
paling keren, kelompok pasar yang berpakaian paling kumal, dan kelompok angkot
yang berpakaian sekolah. Setiap kelompok memiliki pemimpin dan metode kerja
sendiri-sendiri. Dan Muluk pun memperkenalkan apa itu yang dimaksud management
atau pengaturan bahwa dimana mengatur dan berfikir yang benar lebih sulit. Dari
sinilah Muluk bisa mengenali siapa saja dan bagaimana cara kerjanya.(Resensi film Alangkah Lucunya Negeri Ini)
Setelah beberapa lama Muluk
bergabung dengan mengatur uang hasil mencopet. Muluk mempunyai keinginan dan beranggapan
bahwa anak-anak ini juga butuh pendidikan, dan untuk mengajar mereka, dan Muluk
pun meminta bantuan Samsul, seorang Sarjana Pendidikan yang tidak mempunyai
pekerjaan yang sehari-hari hanya bermain kartu saja di sebuah pos ronda. Ketika
diajak pertama kali Samsul sangat sulit untuk menjelaskan apa itu pendidikan
kepada para pencopet yang masih anak-anak. Dan akhrirnya bisa disetujui juga. Awal
Samsul mengajar juga banyak menampilkan hal-hal yang menggelikan sekaligus
memprihatinkan. Anak-anak pencopet ini sama sekali belum pernah tersentuh oleh
pendidikan sebelumnya. Bahkan, karena tidak dapat membaca, salah seorang
diantara mereka pernah lari ke kantor polisi saat dikejar massa karena tidak
mampu membaca. Selain itu, Samsul mengalami kesulitan saat menjelaskan mengapa
mereka sampai membutuhkan pendidikan, bahkan anak-anak ini menjadi bersemangat
setelah mengetahui salah satu ciriciri koruptor adalah berpendidikan dan
menjadikan koruptor sebagai cita-cita mereka. (Resensi film Alangkah Lucunya Negeri Ini)
Sebuah permasalahan kecil terjadi
saat ayah Muluk bertanya mengenai pekerjaannya. Dengan terpaksa Muluk berbohong
dan menjawab bahwa pekerjaannya adalah di bagian Pengembangan Sumber Daya
Manusia. Beberapa waktu kemudian, Haji Rahmat meminta Muluk agar dapat
mempekerjakan anaknya, Pipit, karena sehari-hari Pipit hanya mengurusi
kuis-kuis di televisi dan mengirim undian berhadiah kemana-mana. Muluk-pun
menyanggupi hal tersebut dan mengajak Pipit untuk mengajar agama bagi anak-anak
pencopet. Pipit kaget saat pertama kali diajak ke tempat kerjanya yaitu markasnya
para pencopet dan pada awalnya tidak tahu yang akan diajar adalah pencopet.
Dalam proses pengajaran Pipit merasa senang bisa mengajar anak-anak pencopet
tersebut dalam bidang agama. Dan mereka Muluk,Samsul dan Pipit mengajak
anak-anak pencopet tersebut melihatkan dan memberi tahu gedung wakil rakyat dan
menyindir para koruptor. Dalam proses pengajaran kewarganegaraan dan agama
banyak hal-hal unik yang terjadi dan anak-anak pencopet pun merasa bahagia.
Akhirnya, permasalahan tiba. Pak
Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk
ingin mengetahui dan melihat dimana tempat kerja Pipit, Pipit pun kaget dan
bingung dengan terpaksa dia mengajak ke markas yang kebetulan ada acara untuk
menjadikan profesi pencopet menjadi pengasong. Muluk dan Samsul terkejut akan
kedatangan Mereka dan Muluk pun merasa malu atas pekerjaannya, Mereka pun amat
terkejut sewaktu mengetahui bahwa anak-anak mereka rupanya bekerja sebagai pengajar
para pencopet walaupun pakerjaan yang mulia tapi hasil kerjanya dari uan
mencopet dan yang lebih menyakitkan hati Mereka, bahwa makanan yang selama ini
mereka makan berasal dari uang hasil copet atau uang haram.
Pertentangan batin yang hebat segera
terjadi di hati Ayah Muluk dan terjadi perdebatan pandangan antara Muluk dan
Pipit dan keluaraganya. Dan akhirnya aktivitas Mereka untuk bekerja berhanti
setelah ada pemikiran yang dipikirkan matang-matang. Pilihan yang amat berat
yaitu mengajar anak-anak pencopet itu agar dapat mandiri dan meninggalkan dunia
copet mereka namun memperoleh uang hasil copet yang haram, atau meninggalkan
mereka dan tidak berbuat apa-apa. Dan keputusan tersebut membuat samsul kembali
ke aktivitas lamanya yaitu sebagai pengangguran yang pekerjaannya main kartu
saja begitupun dengan Pipit yang tiap hari mengikuti kuis.
Usaha yang dilakukan Muluk dkk telah
membawakan hasil meskipun hanya sebagian pencopet yang mau menjadi pengasong
walaupun sebelumnya terjadi perbedaan pandangan diantara pencopet dan mereka
berangapan bahwa negera ini bebas jadi bisa memilih apa saja. Tetapi disini
timbul masalah lagi yaitu para pengasong yang dirazia satpol PP. Meskipun
begitu mereka tidak menyerah dan menganggap pengorbanan Muluk kepada mereka
sangatlah besar.(Resensi film Alangkah Lucunya Negeri Ini)
Kesimpulan
Film ini
mengambarkan tentang seorang sarjana manajemen yang sedang berusaha mencari kerja
namun gagal terus, sehingga dia berusaha untuk mencari peluang usaha, yaitu
dengan mengelola pencopet dan berusaha agar menaikkan harkat pencopet tersebut
menjadi penjual asongan. Namun banyak sekali halangan dan rintangan yang
dihadapinya di tengah jalan, salah satunya yaitu kekecewaan orang tuanya
terhadap pekerjaan itu. Karena niatnya yang sangat baik itu akhirnya dia
berhasil memanajemen pencopet, dan pencopet-pencopet itu beralih menjadi
pedagang asongan.
Pesan dan kesan
Menurut saya film ini sangatlah baik
untuk menggambarkan kritik sosial yang terjadi pada saat ini. Yaitu tentang
bagaimana penting tidaknya pendidikan,karena setelah mengenyam pandidikan
tinggi pun masih sulit mancari kerja. Dari isi film sendiri dari pemeran utama
yaitu Muluk dan teman-tamannya mempunyai tujuan yang sangat mulia yaitu ingin
merubah para pencopet agar beralih menjadi pengasong dengan cara memanajemen
uang hasil copet dan memberikan pendidikan baik secara formal maupun pendidikan
agama. Tetapi walaupun tujuannya bagus dan sangat mulia tapi penghasilan Muluk
dan teman-temannya adalah dari hasil mencopet dan itu tidak boleh”haram”,
sehingga orang tua mereka sangat sedih karena mereka makan dari uang haram.
Label: Berita dan Hiburan
0 Komentar:
Posting Komentar
Berlangganan Posting Komentar [Atom]
<< Beranda